Fatayat NU 75 Tahun: Menyemai Harapan, Menjawab Tantangan Zaman

Oleh: Ai Sadidah

24 April 2025 genap sudah Fatayat NU berusia 75 tahun. Tujuh puluh lima tahun sudah Fatayat NU hadir di tengah masyarakat. Dalam rentang waktu itu, Fatayat NU tidak sekedar menjadi organisasi perempuan muda, tetapi telah menjelma menjadi gerakan sosial keagamaan yang dinamis—menjawab berbagai persoalan umat dengan sentuhan perempuan yang kuat, bijak, dan penuh kasih.

Sejak awal kelahirannya, Fatayat NU membawa semangat keberpihakan: kepada perempuan, anak, dan kelompok rentan. Dalam semangat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang tawassuth (moderat), Fatayat NU hadir di banyak ruang—dari masjid, balai desa, ruang kelas, hingga media sosial. Kami membawa misi yang sama: mencerdaskan, memberdayakan, dan menebarkan nilai-nilai kemanusiaan.

Sebagai Ketua Fatayat NU Kabupaten Garut, saya merasakan denyut perjuangan itu tumbuh nyata. Kader-kader Fatayat NU di Garut bergerak dengan cara-cara sederhana tapi bermakna—menggelar pelatihan, menginisiasi pengajian, menyusun program advokasi, hingga hadir sebagai penyambung suara-suara yang selama ini terpinggirkan.

Namun, tantangan hari ini kian kompleks. Salah satu tantangan besar yang kita hadapi adalah masih maraknya kekerasan berbasis gender (KBG). Perempuan dan anak masih menjadi kelompok paling rentan mengalami kekerasan, baik di ranah domestik maupun publik. Ironisnya, tidak sedikit yang dibungkam atas nama budaya, bahkan agama.

Fatayat NU harus tampil sebagai pelindung dan penggerak perubahan. Kader Fatayat NU harus berani membongkar normalisasi kekerasan dan membangun sistem dukungan yang nyata bagi korban. Edukasi tentang kesetaraan dan keadilan gender harus terus digaungkan, bukan hanya kepada masyarakat luas, tapi juga ke dalam tubuh organisasi sendiri.

Tantangan lain yang tak kalah penting adalah menjaga toleransi dalam keberagaman. Di tengah menguatnya narasi kebencian dan polarisasi identitas, Fatayat NU perlu terus menghidupkan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Kita harus memperjuangkan Islam yang merangkul, bukan memukul; yang mendidik, bukan mengintimidasi.

Kita percaya, nilai-nilai Islam dan Pancasila tidak bertentangan, melainkan saling menguatkan. Fatayat NU harus menjadi contoh bagaimana perempuan muda NU dapat menjadi duta damai dan toleransi dalam keberagaman.

Di tengah semua dinamika ini, Harlah ke-75 adalah momentum untuk berkaca dan bergerak lebih maju. Kita perlu memperkuat kaderisasi, membangun jaringan lintas sektor, serta membuka ruang seluas-luasnya bagi kreativitas dan kontribusi kader muda. Fatayat NU bukan hanya tempat untuk belajar, tapi juga tempat untuk tumbuh dan berani mengambil peran.

Sebagaimana petuah Ibu Nyai Sinta Nuriyah Wahid, “Perempuan tidak boleh hanya jadi pengikut, tapi juga penentu arah.” Maka, mari kita lanjutkan perjuangan ini. Dengan semangat harlah, mari kita perkuat barisan. Dari Garut untuk Indonesia, Fatayat NU siap menyemai harapan dan menjawab tantangan zaman.

Dirgahayu Fatayat NU!

Ketua Pimpinan Cabang Fatayat NU Kabupaten Garut 2020-2025

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *