Garutplus.co.id – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengakhiri kunjungan kerja hari pertama di Kabupaten Majalengka dengan aksi goyang viral Stecu-stecu bersama komunitas Generasi Berencana (Genre). Kejadian seru ini berlangsung setelah Wihaji berdialog dengan puluhan lansia dan pegiat Genre di salah satu restoran pusat kota Majalengka, Senin sore, 21 April 2025.
Kehadiran lansia yang turut bergoyang bersama Wihaji memberikan keseruan tersendiri, mengingat tidak semua peserta menguasai koreografi Stecu-stecu yang sedang populer. “Saya senang bisa berada di antara lansia dan remaja. Lansia memang jadi fokus utama dalam program kami di Kemendukbangga. Salah satu quick wins kami adalah melalui program Lansia Berdaya. Saya juga mengusulkan kepada Presiden untuk menerbitkan kartu lansia dengan berbagai keuntungan, seperti layanan kesehatan khusus,” ujar Wihaji.
Menteri Wihaji juga memberikan apresiasi kepada Genre Kabupaten Majalengka yang telah menginisiasi gerakan Héman ka Sepuh, yang berarti generasi muda menunjukkan rasa sayang dan perhatian kepada para lansia. Gerakan ini menambah dimensi baru pada misi Genre yang selama ini lebih fokus pada remaja.
“Ini luar biasa dan patut diapresiasi. Genre menjadi ujung tombak Kemendukbangga/BKKBN dalam memberikan edukasi dan konseling sebaya bagi remaja lainnya. Teman sebaya sering kali menjadi mitra terbaik untuk berbagi cerita dan memberikan edukasi ketika orang tua sulit menemukan waktu untuk berinteraksi,” tambah Wihaji.
Dzaskia Indirayanti Ramadhani, Duta Genre Kabupaten Majalengka yang menggagas gerakan Héman ka Sepuh, menjelaskan bahwa gerakan ini adalah inisiatif sosial yang melibatkan para remaja untuk memperhatikan dan peduli terhadap lansia. Program ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara generasi muda dan lansia, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai kasih sayang dan penghormatan antar generasi.
“Gerakan ini melibatkan berbagai aktivitas edukatif, rekreatif, dan inspiratif, seperti sesi berbagi pengalaman antara lansia dan remaja. Lansia dapat membagikan kisah hidup mereka yang sarat dengan kebijaksanaan, sementara remaja belajar langsung dari pengalaman tersebut, membangun rasa hormat dan empati,” jelas Dzaskia.
Selain itu, kegiatan hiburan seperti bernyanyi bersama, senam ringan, dan permainan tradisional juga diadakan untuk menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Aktivitas kreatif seperti membuat kerajinan tangan, menanam tanaman obat keluarga, dan memasak makanan tradisional juga dilakukan untuk menjaga semangat hidup para lansia dan memperkuat gotong royong antar generasi.
Gerakan Héman ka Sepuh diyakini membawa dampak positif bagi kedua belah pihak. Bagi remaja, program ini memberikan pembelajaran sosial yang berharga, sedangkan bagi lansia, ini merupakan cara untuk tetap merasa dihargai, aktif, dan berkontribusi dalam masyarakat. Gerakan ini juga membantu mencegah isolasi sosial yang kerap dialami lansia.
Dzaskia berharap program ini dapat berkembang lebih luas, melibatkan lebih banyak komunitas dan lembaga terkait, sehingga dapat menjadi bagian dari strategi nasional untuk menciptakan Indonesia yang ramah lansia dan memperkuat nilai kekeluargaan dalam masyarakat.