Garutplus.co.id – Pemerintah Kabupaten Garut terus mendorong inovasi berbasis lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya melalui kolaborasi yang dijalin dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Yayasan Serat Nusa, yang membahas potensi pengelolaan limbah menjadi produk bernilai tambah.
Wakil Bupati Garut, drg. Luthfianisa Putri Karlina, M.BA, dalam pertemuan bersama tim BRIN dan Yayasan Serat Nusa yang berlangsung di Café Bumi Upi, Garut, pada Jumat, 4 Juli 2025, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menangani persoalan lingkungan yang ada di Garut.
“Saya baru mulai mengeksplorasi ide-ide dari Serat Nusa terkait pemanfaatan pelepah pisang, dan dari BRIN kita lihat bagaimana mereka bisa mendampingi dan membantu daerah dalam hal pengolahan limbah, terutama untuk masalah lingkungan yang masih menjadi PR besar di Garut,” ujar Wakil Bupati Putri Karlina.
Menurutnya, pertemuan ini masih dalam tahap penjajakan awal, namun membuka peluang besar untuk kerja sama ke depannya. Pemerintah daerah akan menginventarisasi permasalahan lingkungan, sementara BRIN siap membantu dari sisi riset dan teknologi.
Beberapa potensi pengembangan yang dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain pemanfaatan eceng gondok yang banyak tumbuh liar di daerah perairan Garut, serta pengolahan limbah kulit hasil produksi sepatu dan jaket kulit di kawasan Sukaregang. Menurut Putri, jika dikelola dengan benar, limbah kulit tersebut tidak hanya menjadi beban pengusaha, tetapi bisa menjadi bahan baku industri lain seperti perekat, paving block, atau bahan industri kreatif lainnya.
“Kalau tadinya pelaku usaha harus membayar vendor untuk mengelola limbah, nanti justru limbah itu bisa dibeli dan diolah jadi bahan baku. Ini kan membantu meringankan biaya produksi sekaligus membuka peluang usaha baru,” tambah Putri Karlina.
Selain itu, persoalan limbah cair di Gunung Guntur juga menjadi sorotan. Wabup menilai perbaikan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) menjadi solusi jangka panjang, tinggal bagaimana alokasi anggaran dan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha bisa diwujudkan.
### Menghubungkan Potensi Lokal dan Inovasi Nasional
Kolaborasi ini menjadi kelanjutan dari program pendampingan BRIN yang sebelumnya telah dilakukan di Kampung Naringgul, Desa Pakuwon, Cisurupan. Di sana, Yayasan Serat Nusa bersama masyarakat lokal telah berhasil mengolah limbah pelepah pisang menjadi bahan baku serat yang bernilai jual tinggi.
Ketua Yayasan Serat Nusa, Gita Noerwardhani, menuturkan, inovasi ini lahir dari keprihatinan akan sampah pertanian yang belum termanfaatkan optimal. Ia berharap ke depan semakin banyak potensi limbah lokal yang bisa dikembangkan menjadi produk kreatif yang berdaya saing.
“Yang penting adalah kolaborasi pentahelix: komunitas, akademisi, bisnis, pemerintah, dan media. Semua harus terlibat agar inovasi ini berkelanjutan dan bisa menembus pasar global,” ujar Gita.
Menuju Garut yang Berdaya Saing Lingkungan
Wabup Putri Karlina menegaskan bahwa Pemkab Garut akan terus mendorong terciptanya ekosistem inovasi berbasis lingkungan. Upaya ini juga sejalan dengan misi pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan antara ekonomi dan kelestarian alam.
“Ke depan, yang tadinya limbah dianggap sampah, bisa jadi berkah bagi masyarakat. Kita ingin mengubah mindset dan membangun ekosistem yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar proyek sesaat,” pungkas Putri.
Dari Garut, kolaborasi kecil ini diharapkan mampu memberi dampak besar: membentuk UMKM ramah lingkungan, memperbaiki kualitas hidup masyarakat, dan menjadikan Kabupaten Garut sebagai contoh inovasi pengelolaan lingkungan di tingkat nasional.***






