Garutplus.co.id — Forum Komunikasi Diniyyah Takmiliyah (FKDT) Kabupaten Garut resmi melantik pengurus baru periode 2025–2029 dalam sebuah acara khidmat yang digelar di Gedung Pendopo Garut, Rabu 21 Mei 2025. Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh pendidikan, para ustadz, kiai, serta perwakilan dari berbagai madrasah diniyyah di wilayah Garut.
Dalam pidato sambutannya, Ketua FKDT Kabupaten Garut, Atep Taofiq Muhtar, menegaskan pentingnya eksistensi Madrasah Diniyyah sebagai pilar utama pendidikan karakter dan moral masyarakat. Ia menekankan bahwa keberadaan lembaga ini telah terbukti konsisten selama ratusan tahun dalam membentuk generasi yang berakhlak dan beradab.
‘Madrasah Diniyyah bukan sekadar tempat belajar agama, tapi lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kehidupan. Guru-gurunya, para ustadz dan kiai, adalah pelayan masyarakat yang hadir tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari umat,” ujar Atep.
Menanggapi polemik kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terkait pengiriman siswa nakal ke barak militer, Atep memilih mengambil posisi netral dan menyerukan kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan pendapat. Ia melihat perbedaan pandangan sebagai hal wajar dalam sistem demokrasi.
“Pro dan kontra terhadap kebijakan adalah hal biasa. Yang terpenting adalah kita semua memiliki niat yang sama: memperbaiki dunia pendidikan kita. Ada yang memilih pendekatan militer, ada yang menyarankan pesantren—semua adalah bentuk ikhtiar untuk kebaikan anak-anak kita,” katanya.
Atep juga menyesalkan adanya perpecahan di kalangan masyarakat, khususnya di media sosial, akibat perdebatan kebijakan tersebut. Ia mengajak masyarakat untuk lebih bijak, tidak mudah terprovokasi, dan selalu melihat niat baik di balik setiap kebijakan.
Pelantikan pengurus FKDT ini diharapkan menjadi momentum baru dalam memperkuat peran Madrasah Diniyyah, khususnya di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
Dengan kepengurusan baru, FKDT Garut berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi antara lembaga pendidikan diniyyah, masyarakat, dan pemerintah daerah demi membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan spiritual.***